Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

‘Games’ Jadi Peluang Kaya Anak Muda

BERMAIN gim – games – acapkali masih dianggap sekadar sebagai permainan di kala senggang, kegiatan yang sia-sia untuk menghabiskan waktu. Kini gim menjadi satu bisnis yang menguntungkan, baik bagi pemainnya, juga bagi operator seluler yang menyiapkan prasarananya.





Makin banyak anak muda yang terjun ke permainan, menjadikannya sebagai pekerjaan utama.

Ikut perlombaan e-sport, selain asyik tetapi menyita waktu, hadiahnya sangat menantang Odi (Ahmad Nurodin) yang bergabung di Geekzwolf. Mahasiswa tingkat akhir perguruan tinggi swasta di Jakarta ini berpenghasilan lebih dari Rp 5 juta sebulan dari bermain blockchain game.


Lumayan sebagai pekerjaan sambil kuliah. Apalagi jumlah itu masih lebih tinggi dibanding UMR (upah minimum regional).

Walau hal itu menjadi idaman para remaja dan mahasiswa, orangtua saat ini tetap saja cemas kalau anaknya malah sibuk main gim. Orangtua capa menyita ponsel anaknya, demi menyelesaikan sekolah dengan nilai baik.


Masalah per-gim-an makin menjadi persoalan rumit, apalagi diperkirakan 60 persen lebih pemain gim adalah anak remaja usia sekolah. Pada acara Dunia Games Con (DG Con) 2022 bulan lalu, sebagian yang hadir adalah anak belasan tahun, sesuai potret gamers Indonesia (versi Lamelight Networks) yang 35 persen berada di rentang usia 10-20 tahun.



DG Con 2022 merupakan gabungan dari kesuksesan dua kegiatan sebelumnya, DG Fest dan DG Award. Di penghujung 2021, keduanya berhasil meraih 1,7 juta pengunjungsecara online, dan turnamen tahunan Dunia Games League dengan 19 juta penonton. Tahun ini digelar turnamen games free fire melalui Dunia Games League 2022

Saat ini games dan e-sport menjadi tantangan instan (sekejap) bagi anak-anak muda meraih mimpi. Untuk main gim dan e-sport tidak ditanya ijazah dan pengalaman karena mereka melakukannya mengalir begitu saja, main game itu rekreasi, sementara e-Sport itu profesi.


e-Sport, jenis olahraga yang menggunakan peralatan elektronik seperti ponsel, komputer atau konsol gim seperi Playstation, Xbox atau Nintendo. Permainan video on line yang terorganisir, dua tim berbeda berhadapan dalam game yang sama bersaing untuk mendapat predikat juara.

Game dalam e-sport misalnya mobile legend, fortnite, league of legend, counter strike, call of duty dan PUBG. E-sport sebagai olahraga elektronik dipertandingkan dan ditonton – bisa sampai jutaan orang – secara langsung (real time) untuk mendapat hadiah uang yang nyaris tidak terbatas.


Peluang ini ditangkap operator cerdas dengan memberi faslitas, karena bagaimanapun kedua permainan itu membutuhkan prasarana telekomunikasi, sebagai OTT (over the top). Memang saat ini belum memberi kontribusi signifikan terhadap pendapatan operator, namun kecenderungannya terus membesar dan membesar.


Di tataran dunia, posisi Indonesia dalam pasar industri gaming pada tahun 2017, menurut data Newzoo, baru pada urutan ke-16, dengan 43,7 juta gamers. Jumlah uang yang beredar baru 879,7 juta dollar AS, atau sekitar Rp 13,4 triliun.

Saat ini Indonesia memiliki lebih dari 100 juta gamers dengan uang yang beredar Rp 40 triliun, dan tingkat pertumbuhan 10 persen setahun.

Pencapaian merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara, sementara di dunia terbesar ke 16. Sebesar 80% dari pendapatan sebesar itu disumbang mobile game. Game berbasis komputer (PC Game) sebesar 17% dan game dari konsol paling kecil, 3%.


Meski naik, namun belum menggembirakan. Brasil yang jumlah gamers hampir sama, dapat meraih pendapatan 2,69 miliar dolar AS (Rp 40,3 triliun). Sedang di Asia hanya Jepang, Korea Selatan dan China yang masuk 10 besar negara dengan pendapatan tinggi dari dunia games.

China teratas, jumlah gamer-nya 742 jutaan, pendapatannya sudah menembus 50,18 miliar dolar AS (Rp 752,7 triliun). Jepang nomor tiga di bawah Amerika dengan gamers 78,1 juta, pendapatannya 22,01 miliar dolar Rp 300 triliun), disusul Korea Selatan dengan 33,8 juta gamers meraup dolar 8,48 miliar (Rp 127 triliun).


Pengeluaran rata-rata per pengguna di Korea Selatan terbesar, mencapai 250 dolar setahun (Rp 3,75 juta), Indonesia baru 19 dolar (Rp285.000) per tahun. Sementara Brasil 26,7 dolar (Rp 400.000).



Di tataran dunia, pendapatan mobile gaming mencapai 90 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.300 triliun, tumbuh dari tahun 2019 yang prize pool-nya sebesar 33.3 miliar dollar AS (Rp 499 triliun).

Gelaran Dunia Games DG Con 2022, festival games secara hybrid, menggunakan teknologi metaverse. Teknologi ini mendukung pengembangan industri kreatif.

DG Con 2022 merupakan gabungan dari kesuksesan dua kegiatan sebelumnya, DG Fest dan DG Award. Di penghujung 2021, keduanya berhasil meraih 1,7 juta pengunjung secara online, dan turnamen tahunan Dunia Games League dengan 19 juta penonton. Tahun ini digelar turnamen games free fire melalui Dunia Games League 2022


Beberapa kelebihan Indonesia dari segi budaya, membuat Indonesia berpeluang membangun ekosistem game dan e-sport, tidak hanya sebagai pasar seperti sekarang.


Melihat prospek yang cerah ke depannya, adalah baik kalau pemerintah memberikan dukungan penuh. Sementara operator telekomunikasi yang menjadi tulang punggung lalu-lintas game digital (baik mobile maupun konsol) juga bagian dari ekosistem game, perlu meningkatkan kesempatan game lebih maju lagi.

Pemerintah diharapkan menerbitkan kebijakan dan regulasi. Terutama untuk menumbuhkan kreativitas game publisher (yang baru kecipratan 0,4% dari pendapatan) dan lebih sering menggelar aktivitas berupa e-Sports.


Menurut Shieny Aprilia, CEO Agate Studio Bandung, jumlah game publisher di Indonesia masih kurang dari 30. Vietnam saja yang nilai pasarnya setengah Indonesia, memiliki 150 lebih game developer, lima kali lipat. China jangan ditanya lagi, mereka punya lebih dari 25.000 perusahaan dan Korea Selatan menyimpan 16.000 lebih start up game.

Di China, salah satu kesuksesan Tencent Games, PUBG Mobile, sudah diunduh lebih dari 127 juta kali. Hingga Juli 2022 saja, publisher game teratas ini sudah meraup 677,3 juta dolar AS (Rp 10 triliun). Hebatnya Negeri Tirai Bambu itu, ikut tumbuh subur kreator game kelas “kaki lima” yang produksi buatannya bahkan diekspor ke publisher luar negeri.





SUMBER : TRIBUNNEWS